MENAPAKI JEJAK KEGEMILANGAN IPTEK TIM-TENG




Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, tak dapat dipungkiri adalah warisan dari peradaban terdahulu. Sedangkan pusat peradaban yang sering didengun-dengungkan oleh beberapa ahli kajian Tim-Teng. Puncak perkembangan IPTEK dan budaya adalah masa dimana pemerintahan Khilafah berkuasa. Jika dirunut berdasarkan masa pemerintahan khilafah terdahulu, maka puncak kejyaan IPTEK dan Budaya adalah pada masa pemerintahan Dinasty Abbasiyah 750-1517 M/132-923 H dimana diawali pada jaman khalifah Abu Al -’Abbas as-Saffah (750-754) dan diakhiri Khalifah Al-Mutawakkil Alailah III (1508-1517). Pada jaman ini keinginan akan kebutuhan IPTEK sangat kuat. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para pemimpin pada saat itu, umumnya sangat mencintai ilmu pengetahuan, menghormati Sarjana dan memuliakan pujangga.


Timur Tengah banyak melahirkan para ilmuan dimana kitab-kitab yang menjadi karya mereka digunakan untuk referensi IPTEK modern. Nama ilmuan-ilmuan terkenal dari kawasan yang memiliki negeri seribu satu malam tersebut antara lain ; Ibnu Sina (980-1037) yang namanya tekenal di Barat sebagai Avicena penemu termometer udara untuk mengukur suhu udara. Al-Khawarizmi (780-850) penemu angka nol dan dimana namanya terkukuhkan dalam ilmu matmatika yakni Algoritma (logaritma). Kemudian ahli Medis Islam yang terkenal dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon) yang menjadi referensi ilmu kedokteran para pelajar Barat. Tidak ketinggalan pada masa itu pula, dengan kondisi masyarakat dominan petani khususnya di Irak, telak memakai sistem irigasi moderen dari sungai Eufrat dan Tigris yang juga turut mejelaskan perbedan yang signifikan antara Timur-Tengah dan Eropa.

Tak jauh berbeda dalam bidang kebudayaan. Berkat kemajuan IPTEK pada masa itu, maka terlihat peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung cordova ; Blue Mosque di Konstantinopel; atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada tepatnya di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Dinasti Abbasiyiah membawa puncak kejayaan IPTEK dan kebudayaan. Saat itu, dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh kekhalifahan Islam yang mana radisi keilmuan berkembang pesat.

Hal yang sangat disayangkan adalah akibat keserakahan kekuasaan yang dilakoni oleh dunia Barat, membuat sejarah IPTEK dan Budaya yang mencapai kejayaannya di tangan pemerintahan Islam berangsur-angsur dilumpuhkan. Akan tetapi jatuhnya kejayaan tersbut, tidak turut mematahkan semangat kawasan yang kaya akan sumber daya minyak tersebut, untuk kembali mencapai gemilangnya IPTEK. Iran yang merupakan negara yang dikenal dengan konservatismenya memberikan hawa kebangkitan IPTEK di Tim-Teng. Hal ini terbukti dari laporan Mansour Kabganiyan, hingga tahun 2007, dari segi jumlah makalah ilmiah, Iran berhasil mencatat lebih dari 9 ribu produk ilmu pengetahuan dari segi tingkat pertumbuhan produksi iptek, Iran mengalami peningkatan 34 persen di banding periode sebelumnya. Angka ini merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi di Timur Tengah. Kemajuan ini mengindikasikan bangkitnya peradaban IPTEK dan Budaya yang sempat memudar. Desas-desus kaum Barat tentang kepemilikan nuklir Iran, adalah ketakutan akan bngkitnya kembali kejayaan Islam yang telah menapak sejarah kegemilangan IPTEK dan Kebudayaan Timur Tengah.

Kurnia Kaharu
E 131 06 054
Studi Kawasan Timur Tengah

0 Comments:

Post a Comment