Dan Cahaya Itu Bernama Islam...

Timur Tengah, sejumput tanah bergurun yang menghubungkan tiga benua; Asia, Afrika dan Eropa. Tak hanya strategis, kawasan ini sungguh berharga karena cadangan minyaknya yang konon mencapai 65% dari yang ada di seantero bumi. Kondisi inilah yang membawa negara-negara di sana menjadi negeri petro dollar yang kaya raya. Perkembangan dan pembangunan terjadi di berbagai sektor dengan pesat. Namun demikian, dalam potret masa kini tak banyak orang yang memahami bahwa kejayaan ini bukan karena emas hitam semata. Jauh sebelum potensi minyak bumi ditemukan, Timur Tengah telah mengukir masa lalu yang gemilang.
Kisah Timur Tengah tengah adalah cerita tentang agama dan peradaban. Apapun yang terjadi dulu, kini dan nantinya, tak pernah bisa lepas dari keduanya. Betapa tidak, tempat ini membidani lahirnya tiga peradaban besar dalam sejarah manusia. Nil melalui daerah aliran sungainya merilis peradaban Mesir lampau yang terpusat di Memphis dan Thebes sekitar 3.300 tahun sebelum masehi. Jejaknya terbaca melalui piramid yang megah, kodex Hammurabi, mumi dan berbagai pengetahuan teknik yang aplikatif sekelas pengolahan makanan dan pengolahan hasil bumi. Senada dengan Nil, diantara Tigris dan Eufrat, peradaban Mesopotamia berkembang di tiga titik; Sumeria, Babylonia dan Assyiria. Perkembangan mereka mewariskan alfabet bernama hieroglif yang menjadi pioner huruf saat ini. Bangsa Sumeria telah menerapkan bentuk-bentuk dasar astronomi dan pembagian lingkaran menjadi 360 derajat. Mereka juga sudah mengetahui gambaran konstelasi bintang. Selain pusat peradaban, Timur Tengah juga menjadi tempat munculnya tiga agama samawi terbesar. Bermula dari Yahudi yang diajarkan Ibrahim as pada abad ke-13 masehi, tanah Arab mulai mengenal Tuhan. Sebagai wujud penyempurnaan, Kristen tampil sebagai teologi baru melalui Isa as pada abad I Masehi. Dalam perjalanannya, ajaran ini mulai ditinggalkan dan berganti dengan berhala yang justru menghalalkan hawa nafsu merajalela. Mereka pemabuk, kasar, tak mengenal etika bahkan tega membunuh setiap bayi perempuan dengan alibi, takkan berguna dalam perang yang menjadi tren kala itu. Hingga suatu titik dimana Islam hadir pada abad ke-7 Masehi. Munculnya Islam laksana oase di tengah gurun saat orang-orang Arab pada masa itu tenggelam dalam kegelapan tradisi jahiliyyah. Melalui Muhammad saw, agama ini membangun kembali denyut kehidupan Arab dengan motivasi agung peribadatan dan ketaatan. Kemuliaan pandangan Islam yang menempatkan semua manusia pada posisi yang sama di depan Allah swt memikat banyak hati. Masyarakat yang sebelumnya kanibalistik, perlahan teratur dan terencana. Selain itu, kemajuan yang terjadi di akibatkan prinsip keterbukaan Islam terhadap segala bentuk kebaikan dan perbaikan.
Pencerahan Islam yang paling fenomenal termaktub dalam anjuran untuk menuntut ilmu sebab hampir sepertiga dari Al-Qur’an merupakan perintah Allah kepada manusia agar menalari alam sekelilingnya. Pemahaman ini yang menjadi dasar mereka dalam menyikapi kondisi georafis Timur Tengah yang kering nan tandus serta keterbelakangan yang diwariskan masa jahiliyyah. Walhasil, dengan semangat syiar dan niat menebar manfaat, ilmu pengetahuan berkembang bak cendawan di musim hujan. Seiring perkembangan Islam pada masa Bani Abbas dan ibukota berpindah ke Baghdad pada tahun 732 M, cendekiawan-cendekiawan muslim mengukir sejumlah penemuan berharga lewat risetnya. Berbagai cabang ilmu pengetahuan baru bermunculan.
1. Geografi
Ekspansi politik, penyebaran agama dan sektor niaga umat Islam yang berlangsung begitu cepat, tak pelak membuat rute perjalanan darat dan laut pun mulai bertambah.
Kenyataan ini mendorong para sarjana dan penjelajah Muslim untuk mengembangkan geografi, ditandai dengan ditemukannya peta dunia. Adalah Musa Al-Khawarizmi bersama 70 geografer lainnya mampu membuat peta globe pertama pada tahun 830 M. Khawarizmi juga berhasil menulis kitab geografi berjudul Surah Al- Ard (Morfologi Bumi). Pada abad yang sama, Al-Kindi juga menulis sebuah buku bertajuk ‘Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni’.
2. Astronomi
Salah satu bukti pengaruh astronomi Islam yang cukup signifikan adalah penamaan sejumlah bintang menggunakan bahasa Arab, seperti Aldebaran, Altair, Alnitak, Alnilam, Mintaka, Algol, Betelgeus, serta istilah seperti zenith, nadir, azimuth, dan almanak. Al Batanni berhasil menentukan secara akurat mengenai lamanya setahun matahari (365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik) serta mengubah sistem perhitungan hari yang sebelumnya 60 jam menjadi 24 jam. Al Khawarizmi membuat tabel penentuan bulan baru dan prediksi gerhana bahkan Copernicus mengutip teori Ibnu Syatir tentang rotasi bumi terhadap matahari. Sementara perputaran bumi pada porosnya ditemukan oleh Al Biruni.
3. Farmasi
Terinspirasi dari sabda rasulullah saw bahwa semua penyakit ada obatnya, penelitian mengenai obat-obat sederhana mengawali kebangkitan ilmu farmasi dalam dunia Islam. Dari era khalifah Abbasiyah hingga akhir abad ke-17, Islam mendominasi bidang farmasi. Kontribusi ini berawal dari risalah Al Baitar berjudul berjudul Al-Jami fi Al-Tibb (Kumpulan Makanan dan Obat-obatan yang Sederhana). Sedang kitab As-Sydanah fit-Tibb milik Al-Biruni mengupas secara lugas dan jelas seluk-beluk ilmu farmasi serta meneguhkan peran farmasi dan fungsi seorang farmakolog. Dalam kitab lainnya yang fenomenal, Canon of Medicine, Ibnu Sina mengupas tentang farmakologi dan farmasi. Ia menjelaskan lebih kurang dari 700 cara pembuatan obat dengan kegunaannya.
4. Ekonomi
Pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun yang menggabungkan hablum minallah dan hablum minnanas sangat menghormati tenaga kerja sebagai salah satu dari dasar utama masyarakat dan diskusi tentang profit sebagai nilai yang didapat dari pekerjaan manusia. Ia mendefinisikan ekonomi secara sosial sebagai aktivitas yang dipengaruhi oleh interaksi sosial dan sebaliknya mereka mempengaruhinya. Konsep-konsep ekonomi Islam seperti perdagangan dan warisan sesungguhnya telah disampaikan dalam ayat-ayat Al- Qur’an.
5. Filosofi
Setelah Yunani dan Romawi mengalami kemunduran, Baghdad berkembang menjadi pusat kajian filsuf dan teori-teori sosial. Dua ahlinya yang paling dikenang adalah Al Kindi yang mampu mengharmonikan agama dan filsafat dan Ibnu Khaldun lewat tulisannya “Al Muqaddimah” yang meletakkan dasar-dasar ilmu Sosiologi.
6. Matematika
Bidang lain yang tak kalah mengemuka adalah matematika. Penumuan Aljabar Khawarizmi masih dipakai hingga sekarang. Di samping itu, Al-Kindi melalui karyanya “Risalah Fi Istikhraj al-Mu'amma” sanggup mengurai dan membahas kriptologi atau seni memecahkan kode.

Singkat kata, Islam membawa pencerahan dalam setiap bidang kehidupan utamanya ilmu pengetahuan. Saat perhitungan waris dan zakat terasa begitu rumit dengan angka Romawi, lahirlah angka nol dan aljabar dari seorang Al Khawarizmi. Saat Rasulullah saw mencontohkan wewangian, alkemi sebagai cikal bakal ilmu modern dikembangkan Ar Razi, Al Kindi, Al Biruni dan Ibnu Hayyan. Saat kesehatan dinyatakan berharga, Ibnu Sina memetakan ilmu kedokteran. Saat kebersihan menjadi sebagian dari iman, lahirlah budaya mandi dan sabun. Saat adzan dan kajian agama harus menjangkau puluhan ribu manusia, sistem akustika mulai diperkenalkan. Saat Islam mulai meluas, pemetaan astronomi dan ilmu navigasi menjadi solusi. Saat kerajaan Islam terbentang dari Parsi hingga Eropa, Ibnu Rusyd memperkenalkan filsafat dan teori-teori ilmu sosial. Saat rabun mata menjadi masalah, Ibnu Firnas Al Andalusi menciptakan kacamata pada abad ke-9 yang disempurnakan oleh teori lensa Ibnu Haitsam pada tahun 1039. Tak dapat diragukan lagi, Islam betul-betul rahmat bagi seluruh alam.

A. Heryastuti N. Ratih
E 131 06 033
Ilmu Hubungan Internasional

0 Comments:

Post a Comment