Sejarah dan Akar permasalahan 'Konflik Arab-Israel"

KONFLIK ARAB-ISRAEL SEJARAH DAN AKAR PERMASALAHANNYA
Salah satu konflik yang terlalu sering menyita perhatian kita dan hingga saat ini masih setia menjadi sebuah konflik universal yang sangat sulit terpecahkan adalah konflik Arab-Israel. Meskipun banyak pihak yang telah mencoba untuk menjadi mediator dari konflik yang telah berlangsung ratusan tahun ini, akan tetapi selalu hanya berujung pada usaha-usaha negosiasi yang sering kali kemudian diingkari oleh salah satu pihak yang berkonflik. Sejak ratusan tahun lalu, konflik ini pun telah mengalami beberapa transformasi orientasi kenegaraan, dimana apabila pada konteks kekinian, konflik Arab-Israel sering diidentikkan dengan konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel saja.
Berbicara mengenai latar belakang historis maka konflik ini bisa dipetakan dalam dua lingkaran sejarah. Yakni sebelum berdirinya gerakan Zionisme Internasional dimana terjadi sejak akar pertentangan keagamaan Zaman Nabi Musa mulai Nampak hingga perebutan wilayah suci yerussalem dalam konteks perang salib. Selanjutnya, penelaahan konflik arab Israel dapat dikaji pasca diberdirikannya sebuah komunal Zionisme Yahudi Internasional oleh Theodore Hertzl.
A. Pra Zionisme Yahudi
Bangsa Yahudi ini merupakan keturunan Ishaq as. Kemudian, orang-orang Yahudi tersebut berhijrah ke Mesir. Namun, mereka kembali lagi ke Palestina di bawah panduan Musa as sekitar abad 12 SM. Keadaan mereka yang lemah dan terpecah-belah dapat dipersatukan oleh Talut dengan membentuk sebuah kerajaan sampai pada masa keemasan di zaman Sulaiman as. Atas dasar kerajaan Israel tersebut, orang Yahudi kemudian meletakkan dasar religius dan emosional bagi kepentingan Yahudi di Palestina yang disokong oleh gerakan Zionis. Dalam sejarah kebangsaan Bani Israil yang yang merupakan nenek moyang dari bangsa Yahudi. Kajian sejarah mereka tidak dapat dipisahkan dari saat Nabi Musa menyebarkan ajaran tauhid kepada mereka. Akan tetapi sebagian dari bani Israil, terpengaruh oleh paganism lama yang dulu sempat mengungkung mereka ketika Namrud masih berkuasa (Masih zaman ajaran Nabi Ibrahim A.S.). Paganisme kuno mesir yang ada perlahan masuk mengikis ajaran ketauhidan yang disampaikan oleh Nabi Musa kepada mereka. Hal ini terus berlanjut hingga setelah Nabi Musa A.S. pun telah meninggal. Bahkan ajaran Kabbalah, yang merupakan inti dari paganism kuno tersebut, secara perlahan-lahan diinfiltrasikan kedalam taurat sehingga taurat tidak murni lagi ajarannya.
Ajaran paganisme kuno sangat mengutamakan unsur materialisme dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya ajaran tersebut tidak lepas untuk menghambakan benda-benda tertentu yang dinilai memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu nilai harta adalah hal yang penting bagi kabbalah. Sepeninggal Nabi Musa A.S. Bani Israil kian serius mendalami sihir dan ajaran-ajaran esoteris. Hal yang kemudian membawa kedalam mereka ke dalam ranah keangkuhan intelektual, dimana mereka menganggap bahwa mereka adalah bangsa pilihan.
Dari ajaran kabbalah tersebut pula lahir-lahir ordo-ordo yang menjadi tunggangan dibalik pencarian tempat suci bagi yakni ordo biarawan sion dan kesatria templar. Dua ordo ini pulalah yang kemudian yang mempelopori Perang Salib 1099, Saat Pasukan salib membantai penduduk yerusalem, baik kaum Muslimin dan Yahudi. Bani Israil yang sudah sebagian besar condong pada kesesatan, mereka sempat terusir dari tanah Yerusalem. Tahun 960 sm istana Sulaiman berdiri di Yerusalem. 370 tahun kemudian bangsa babylonia yang dipimpin raja Nebukadnezar II menduduki yerusalaem dan menawan orang-orang Yahudi dan membawa mereka ke Babylonia. Dalam pengasingan ini lah, para pemuka Yahudi membesarrkan hati kaumnya dengan memnuculkan konsep The Promise Land atau tanah yang dijanjikan.
Yerusalem memang menjadi tempat yang sakral sejak awal, karena dari tempat itulah diyakini bahwa haikal sulaiman dan sisa-sisa kekayaaan kerajaannya berada. Sementara bagi umat muslim tempat itu merupakan tempat yang suci dimana disitu adalah tempat dibangunnya masjid Al-Aqsa. Tempat itu pada awalnya dijadikan sebagai titik tempat dakwah bagi umat Islam dan sempat diduduki dan dikendalikan oleh Khalifah Umar Bin Khattab R.A. Ketika khalifah Umar menduduki Aelia/Yerussalem sempat terjadi harmonisasi yang cukup lama antara Umat Muslim Yahudi dan Kristen. Selanjutnya perang kembali tercetus di bawah kendali godfrei de buillon. Lalu Yerusalem kembali diduduki oleh kaum Saracen/muslim dibawah pimpinan Salahuddin Al ayyubi. Keadaan Yerusalem dibawah penguasaan Islam berlanjut hingga imperium Uthmaniyah.
B. Munculnya gerakan Zionisme Internasional
Harapan untuk suatu saat dapat kembali ke tanah yang dijanjikan tidak pernah hilang dari bangsa Yahudi. Pada tahun 1896 , Theodore Hertzl, mengusulkan pembalikan politik dengan konsep Zionisme. Ia memiliki sebuah tekad untuk mendirikan Negara Yahudi seperti yang tertulis dalam bukunya Judenstaat. Dimana dalam buku itu dia menuliskan “Nasionalitas Yahudi,sangat Jelas, tidak mau dan juga tidak dapat dihancurkan. “Masalah Yahudi merupakan masalah nasional yang hanya dapat dipecahkan dengan membuatnya menjadi masalah politik dunia yang harus diperbincangkan dan diselesaikan oleh bangsa-bangsa dunia yang beradab dalam permusyawaratan”. Beragam cara pun dilakukan oleh Herzl guna menyuarakan lebih massif tentang keberadaan Zionisme Internasional. Kongres pertama dilakukan di Basel, Swiss. Kongres tersebut menghasilkan suatu revolusi yang menyebut “tempat bermukim Palestina” bagi kaum Yahudi dan menciptakan organisasi Zionis Dunia.
Dari pemikiran itu, Herzl terus-menerus melayangkan surat permintaan hak atas tanah Palestina untuk komunitas Yahudi kepada Kekaisaran Ottoman. Akan tetapi permintaan tersebut terus pula ditolak Kekaisaran Ottoman. Moses Hess, seorang Yahudi Jerman melemparkan gagasan pertamanya bahwa untuk menguasai Palestina, maka Yahudi harus menggandeng orang-orang barat (Eropa) yang sedang mengalami konfrontasi dengan Turki Uthmaniyah misalnya Inggris dan Rusia.
Sejak saat itu pergerakan atau mobilitas orang Yahudi di Eropa ke Palestina mengalami perkembangan yang signifikan hal ini didukung oleh pemerintahan Inggris. Untuk bisa mendirikan Negara Yahudi di atas tanah milik bangsa Palestina, maka kaum Yahudi harus menjadi mayoritas dan seiring dengan itu menjadikan warga Palestina sebagai minoritas. negara-negara Arab pun menjadi resah dengan Hal ini. Pada saat bersamaan Turki mulai mengalami kemunduran hal ini salah satunya disebabkan oleh penumpukan sejumlah besar hutang terhadap negara-negara barat, konspirasi yang terbangun untuk mendirikan Negara Yahudi pun berkembang dan melalui upaya-upaya penyusupan, dan kerjasam terselubung, kehalifahan Turki berhasil dihancurkan pada tanggal 3 Maret 1924. Hanya 27 tahun setelah kongres Zionis internasional pertama.
B. Sejarah Berdirinya Negara Israel
Selama Perang Dunia I Inggris mengambil bagian dari Timur Tengah, termasuk Palestina, dari Kekaisaran Ottoman. Tahun 1917 di Inggris yang telah dijanjikan Zionis sebuah 'rumah Yahudi nasional' dalam Deklarasi Balfour, dan pada dasar ini kemudian mereka yang diberi mandat atas Palestina dari League of Nations. Mandat Palestina untuk Yahudi Oleh Inggris awalnya termasuk bidang Transjordan, yang terbelah di 1922. Setelah proposal diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada bulan November 1947, meningkat konflik Palestina dan Arab mulai menyerang convoys dan masyarakat Yahudi di seluruh Palestina dan Yerusalem diblokir, mana yang Zioni hancur diserang dan beberapa desa Palestina. Liga Arab yang telah diumumkan secara terbuka yang bertujuan untuk mencegah pembentukan negara Yahudi secara paksa, dan Al Husseini British diberitahu bahwa ia ingin menerapkan yang sama 'solusi untuk masalah orang Yahudi' sebagai Hitler telah dilakukan di Eropa.
Dengan tugas mandat yang ditandatangani di San Remo (1920), Inggris melaksanakan peralihan pemerintahan dari militer ke sipil. Pemerintahan sipil baru mmembuka pintu bagi imigrasi ke Palestina, namun segera mendatangkan protes dari penduduk Arab. Pada tahun 1921 timbul kerusuhan anti Yahudi yang memaksa Winston Churchill untuk mengeluarkan memorandum yang menegaskan kembali keingignan London untuk mendirikan pemukiman Yahudi di Palestina.
Sehari setelah deklarasi negara Israel (14 Mei 1948) Arab pasukan dari negara-negara tetangga menyerang wilayah. Pada awalnya mereka membuat beberapa kemajuan dan menaklukkan bagian wilayah yang dialokasikan untuk orang-orang Yahudi. Pada awalnya mereka lebih baik dan lebih kesenjataan pasukan, namun yang berubah setelah gencatan senjata yang digunakan oleh Zionists untuk mengatur dan melatih tentara mereka yang baru dibentuk, maka Angkatan Pertahanan Israel. Karena lebih baik organisasi, intelijen dan motivasi orang-orang Yahudi akhirnya memenangkan mereka dari Perang Kemerdekaan.
C. Konflik Arab-Israel
Konflik Arab-Israel ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana, seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudi yang berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruh bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya, sebagian menganjurkan solusi dua negara, dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengan satu negara sekular yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Awalnya Negara-negara Arab memperjuangkan atas hengkangnya bangsa Yahudi dari Palestina dan mencegah berdirinya Negara Israel. Seperti yang terjadi ketika Negara-negara Arab bersatu untuk melawan Israel yang dikenal dengan sebutan perang 6 hari. Akan tetapi kekalahan strategis Arab pada perang tersebut, membuat Negara-negara Arab menjadi tidak percaya diri. Kelemahan mereka terletak pada perjuangan individual kenegaraan untuk membela palestina tidak secara kolektif. Negara-negara yang terlibat seperti Mesir, Suriah, Libanon, Arab Saudi. Terlebih pasca perang tersebut beberapa Negara Arab seperti Mesir malah justru berubah orientasi kepentingan begitupun dengan Arab Saudi yang beberapa tahun setelah berlangsungnya perang 6 hari, justru mengadakan perjanjian pembagian wilayah dengan Israel. Walhasil semenjak saat itu, Palestina seolah ditinggalkan sendiri oleh kawan-kawan sebangsanya.
Mengingat pembatasan-pembatasan di atas, setiap gambaran ringkas mengenai sifat konflik ini pasti akan sangat sepihak. Itu berarti, mereka yang menganjurkan perlawanan Palestina dengan kekerasan biasanya membenarkannya sebagai perlawanan yang sah terhadap pendudukan militer oleh bangsa Israel yang tidak sah atas Palestina, yang didukung oleh bantuan militer dan diplomatik oleh A.S. Banyak yang cenderung memandang perlawanan bersenjata Palestina di lingkungan Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai hak yang diberikan oleh persetujuan Jenewa dan Piagam PBB. Sebagian memperluas pandangan ini untuk membenarkan serangan-serangan, yang seringkali dilakukan terhadap warga sipil, di wilayah Israel itu sendiri. Masalah pengungsi muncul sebagai akibat dari perang Arab-Israel 1948. Masalah Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur muncul sebagai akibat dari Perang Enam Hari pada 1967. Selama ini telah terjadi konflik yang penuh kekerasan, dengan berbagai tingkat intensitasnya dan konflik gagasan, tujuan, dan prinsip-prinsip yang berada di balik semuanya. Pada kedua belah pihak, pada berbagai kesempatan, telah muncul kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dalam berbagai tingkatannya tentang penganjuran atau penggunaan taktik-taktik kekerasan, anti kekerasan yang aktif, dll.
Kemudian jika merunut pada konflik yang terjadi sekarang di jalur Gaza hal ini dilatarbelakangi atau bermula dari kehadiran kelompok pendatang baru dalam perjuangan bangsa Palestina, yaitu Hamas. Strategi perjuangan mereka telah menuai apa yang sekarang terjadi di Gaza dan (seakan-akan) mementahkan seluruh rangakain usaha mewujudkan Negara Palestina dan perdamaian yang sudah dimulai di era Yasser Arafat, yang sejak th 1969 memimpin PLO (Palestinian Liberation Organization). Pendekatan-pedekatan yang dilakukan Hamas untuk memikat hati penduduk Palestina yang tinggal di Jalur Gaza sungguh berhasil. Pemilu yang dilakukan di Gaza memberi kemenangan kepada kelompok Hamas dan pukulan kepada kelompok Fatah yang telah puluhan tahun berjuang. Hasil pemilu kemudian membawa Hamas mendepak kepemimpinan Mahmoud Abbas untuk mengontrol Jalur Gaza.
D. Konflik Palestina – Israel
Sejarah panjang pertikaian antara Israel dan Palestina diketahui setiap orang. Semenjak awal abad kedua puluh, Timur Tengah telah menjadi ajang bentrokan antara orang Islam pribumi dengan Arab Kristen dan Yahudi, yang sebagian besarnya tidak dilahirkan di Palestina. Setelah didirikannya Israel pada 1948, bentrokan ini menjadi perang terbuka. Pada 1967, ada empat perang utama dan satu bentuk perang antara Israel dan tetangga Arabnya. Setelah 1967, organisasi yang bekerja untuk membebaskan Palestina juga membuat kehadiran mereka terasa.Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagai penerus LBB, memutuskan untuk membagi wilayah Mandat Britania atas Palestina. Tetapi hal ini ditentang keras oleh negara-negara Timur Tengah lainnya, juga negeri-negeri Muslim.
Kaum Yahudi mendapat 55% dari seluruh wilayah tanah meskipun hanya merupakan 30% dari seluruh penduduk di daerah ini. Sedangkan kota Yerusalem yang dianggap suci, dihuni tidak hanya oleh orang Yahudi, tetapi juga orang Muslim dan Kristen akan dijadikan sebagai kota internasional.Israel sendiri diproklamasikan sebagai negara pada tanggal 14 Mei 1948. Sehari setelah proklamasi, Israel langsung diserbu oleh tentara dari Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir, Irak dan negara Arab lainnya. Tetapi Israel bisa memenangkan peperangan ini dan malah merebut kurang lebih 70% dari luas total wilayah Mandat Britania Raya atas Palestina.Perang ini menyebabkan banyak warga Palestina yang mengungsi dari daerahnya sendiri. Seiring dengan itu banyak pula kaum Yahudi yang diusir dari negara-negara Arab.
a. Perjanjian Camp David
Perjanjian Camp David terbagi atas dua bagian. Pelaksanaan dari bagian pertama yakni ”Kerangka Konklusi Perjanjian Damai antara Mesir dan Israel” tidak menimbulkan banyak masalah. Israel mengembalikan Semenanjung Sinai kepada Mesir, melucuti semua tentara Israel di kawasan itu dan mundur ke wilayah Israel. Orang Israel mundur dari Semenanjung Sinai dengan air mata. Sebagai imbalannya, mereka menerima jaminan dari Mesir bahwa Israel tak akan diserang. Perjanjian perdamaian dengan Mesir itu menjamin keamanan di perbatasan Israel di selatan dan praktis menghapuskan kemungkinan terjadinya konflik baru di Timur Tengah. Setelah 1978, hanya Suriah dan beberapa kelompok Palestina yang ekstrem di Libanon menjadi ancaman serius bagi Israel.
b. Perjanjian Oslo
Kesepakatan Oslo yang ditandatangani pada tahun 1993 memulai halaman baru dalam sejarah Timur Tengah. Pemimpin PLO Yasser Arafat dan Perdana Menteri Israel Yitzak Rabin, di hadapan Presiden AS Bill Clinton, dan membawa perundingan Israel-Palestina pada hasil kesepakatan yang sebenarnya. Dengan menandatangani Kesepakatan Oslo, kedua belah pihak saling mengakui untuk pertama kalinya dalam sejarah dan membuat kesepakatan dua negara untuk pertama kalinya.
Dengan tawaran perdamaian yang menjanjikan orang-orang Palestina dengan Jalur Gaza dan Tepi Barat, pemerintah Israel berencana untuk meredam perlawanan rakyat Palestina. Demikian pula, wilayah yang berada di bawah pengendalian Palestina berdasarkan Kesepakatan Oslo berjumlah sekitar 22% dari seluruh tanah Palestina. Bahkan, dengan menempatkan Jalur Gaza, daerah kekuatan pergerakan Islam, di bawah kendali Palestina, Israel telah membebaskan dirinya dari perlunya menghadapi kelompok perlawanan ini. Dengan kesepakatan ini, kekuatan keamanan Palestina harus menghadapi langsung kelompok perlawanan ini. Israel tidak rugi apa pun dalam tawar menawar ini, sebaliknya, terbukti menjadi tawar menawar yang paling menguntungkan. Dan memang, kesepakatan yang mengikuti Oslo membantu Israel “membersihkan” Yerusalem dari orang-orang Kristen dan Muslim.
Setelah menandatangani kesepakatan, gagasan bahwa perdamaian akhirnya akan dimungkinkan mulai merambah seluruh dunia. Telah diterima luas bahwa pertikaian Arab-Israel bisa dipecahkan secara permanen, dan bahwa perdamaian akan membawa kemakmuran dan kebahagiaan ke Timur Tengah. Sejak Persetujuan Oslo, Pemerintah Israel dan Otoritas Nasional Palestina secara resmi telah bertekad untuk akhirnya tiba pada solusi dua negara. Masalah-masalah utama yang tidak terpecahkan di antara kedua pemerintah ini adalah: Keamanan Israel, Keamanan Palestina, Hakikat masa depan negara Palestina, Nasib para pengungsi Palestina, Kebijakan-kebijakan pemukiman pemerintah Israel, dan nasib para penduduk pemukiman itu, Kedaulatan terhadap tempat-tempat suci di Yerusalem, termasuk Bukit Bait Suci dan kompleks Tembok (Ratapan) Barat.
c. Kelompok – kelompok Perlawanan
Dalam konflik Palestina Israel,perjuangan-perjuangan dalam membela kepentingan masing – masing pihak tidak luput dari kelompok-kelompok perlawanan baik yang pro maupun antipati. Adapun beberapa kelompok perlawanan misalnya PLO(Fatah), Liga Arab, Hamas,dll. Secara organisasi, bangsa Palestina telah memiliki wakil resmi di Liga Arab ketika lembaga ini berdiri pada 1945. Waktu itu wilayah Palestina masih dikuasai Mandataris PBB, yakni Inggris. Pada pertemuan puncak negara-negara Arab tanggal 13 Januari 1964, diputuskan untuk membentuk lembaga perwakilan bangsa Palestina sebagai bentuk perlawanan terhadap pendudukan Zionis di wilayah Palestina. Keputusan tersebut merupakan tanggapan positif dari usulan Gamal Abdul Nasser, presiden Mesir. Setelah melalui berbagai lobi yang dipimpin Ahmad Suqaery, berdirilah Organisasi Pembebasan Palestina (Munadzama al-Tahrir al-Palesthiniyyah) atau PLO.
Dalam perjalanan waktu bergabunglah faksi-faksi Palestina untuk perlawanan terhadap pendudukan Israel kecuali Hamas dan Jihad Islami yang menyatakan dirinya berada di luar PLO. Adapun faksi-faksi PLO pada masa 1960-an terdiri dari Al-Fatah (faksi terbesar dalam PLO) yang dipimpin Arafat, Democratic Front for Liberation of Palestine (DFLP) pimpinan Nayef Hawatmeh, Palestine People’s Party dipimpin Sulaiman Najjab, Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP) dipimpin George Habbas. Palestinian Liberation Front dipimpin Mohammed Abbas, Arab Liberation Front dipimpin Mahmut Ismail, Popular Struggle Front dipimpin Samir Goshe, Popular Front for the Liberation of Palestine- General Command (PFLP-GC) dipimpin Ahmed Jibril. Ada Saiqa, kelompok dukungan Suriah, dipimpin Islam Qadi.
Ada pula orang-orang yang bersimpati dengan tujuan-tujuan dari pihak yang satu atau yang lainnya, walaupun itu tidak berarti mereka merangkul taktik-taktik yang telah digunakan demi tujuan-tujuan itu. Lebih jauh, ada pula orang-orang yang merangkul sekurang-kurangnya sebagian dari tujuan-tujuan dari kedua belah pihak. Dan menyebutkan “kedua belah” pihak itu sendiri adalah suatu penyederhanaan: Al-Fatah dan Hamas saling berbeda pendapat tentang tujuan-tujuan bagi bangsa Palestina. Hal yang sama dapat digunakan tentang berbagai partai politik Israel, meskipun misalnya pembicaraannya dibatasi pada partai-partai Yahudi Israel.
Demikian pula, mereka yang bersimpati dengan aksi militer Israel dan langkah-langkah Israel lainnya dalam menghadapi bangsa Palestina cenderung memandang tindakan-tindakan ini sebagai pembelaan diri yang sah oleh bangsa Israsel dalam melawan kampanye terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Palestina seperti Hamas, Jihad Islami, Al Fatah dan lain-lainnya, dan didukung oleh negara-negara lain di wilayah itu dan oleh kebanyakan bangsa Palestina, sekurang-kurangnya oleh warga Palestina yang bukan merupakan warga negara Israel. Banyak yang cenderung percaya bahwa Israel perlu menguasai sebagian atau seluruh wilayah ini demi keamanannya sendiri. Pandangan-pandangan yang sangat berbeda mengenai keabsahan dari tindakan-tindakan dari masing-masing pihak di dalam konflik ini telah menjadi penghalang utama bagi pemecahannya. Banyak orang Israel, termasuk sejumlah besar anggota partai Likudhingga beberapa minggu sebelum 2005 berakhir merupakan partai Sharon kuatir bahwa kurangnya kehadiran militer di Jalur Gaza akan mengakibatkan meningkatnya kegiatan penembakan roket ke kota-kota Israel di sekitar Gaza. Secara khusus muncul keprihatinan terhadap kelompok-kelompok militan Palestina seperti Hamas, Jihad Islami atau Front Rakyat Pembebasan Palestina akan muncul dari kevakuman kekuasaan apabila Israel memisahkan diri dari Gaza.
d. Perang – perang kontemporer antara Palestina - Israel
* Deklarasi Balfour 1917
2 November 1917. Inggris mencanangkan Deklarasi Balfour, yang dipandang pihak Yahudi dan Arab sebagai janji untuk mendirikan ”tanah air” bagi kaum Yahudi di Palestina.

* Revolusi Arab 1936-1939.
Revolusi Arab dipimpin Amin Al-Husseini. Tak kurang dari 5.000 warga Arab terbunuh. Sebagian besar oleh Inggris. Ratusan orang Yahudi juga tewas. Husseini terbang ke Irak, kemudian ke wilayah Jerman, yang ketika itu dalam pemerintahan Nazi.


* Teks 1922: Mandat Palestina Liga Bangsa-bangsa
\* Mandat Britania atas Palestina
* Rencana Pembagian Wilayah oleh PBB 1947
* Deklarasi Pembentukan Negara Israel, 14 Mei 1948.

Secara sepihak Israel mengumumkan diri sebagai negara Yahudi. Inggris hengkang dari Palestina. Mesir, Suriah, Irak, Libanon, Yordania, dan Arab Saudi menabuh genderang perang melawan Israel.

* Perang Arab-Israel 1948
* Persetujuan Gencatan Senjata 1949

3 April 1949. Israel dan Arab bersepakat melakukan gencatan senjata. Israel mendapat kelebihan wilayah 50 persen lebih banyak dari yang diputuskan dalam Rencana Pemisahan PBB.

* Exodus bangsa Palestina 1949-1967
* Perang Suez 1956
* Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) resmi berdiri pada Mei 1964Tujuannya menghancurkan Israel.
* Perang Enam Hari 1967
* Resolusi Khartoum
* Pendudukan Jalur Gaza oleh Mesir
* Pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur oleh Yordan

1967-1993
* Perjanjian Nasional Palestina dibuat pada 1968, Palestina secara resmi menuntut pembekuan Israel.
* 1970 War of Attrition
* Perang Yom Kippur 1973
* Kesepakatan Damai Mesir-Israel di Camp David 1978

* Perang Lebanon 1982
* Kesepakatan Damai Oslo antara Palestina dan Israel 1993
13 September 1993. Israel dan PLO bersepakat untuk saling mengakui kedaulatan masing-masing. Pada Agustus 1993, Arafat duduk semeja dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Hasilnya adalah Kesepakatan Oslo. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom yang bisa “memerintah” di kedua wilayah itu. Arafat “mengakui hak Negara Israel untuk eksis secara aman dan damai”.

28 September 1995. Implementasi Perjanjian Oslo. Otoritas Palestina segera berdiri.

* Intifada pertama
1993-sekarang
* Kerusuhan terowongan Al-Aqsa
September 1996. Kerusuhan terowongan Al-Aqsa. Israel sengaja membuka terowongan menuju Masjidil Aqsa untuk memikat para turis, yang justru membahayakan fondasi masjid bersejarah itu. Pertempuran berlangsung beberapa hari dan menelan korban jiwa.

* 18 Januari 1997 Israel bersedia menarik pasukannya dari Hebron, Tepi Barat.
* Perjanjian Wye River Oktober 1998 berisi penarikan Israel dan dilepaskannya tahanan politik dan kesediaan Palestina untuk menerapkan butir-butir perjanjian Oslo, termasuk soal penjualan senjata ilegal.
* 19 Mei 1999, Pemimpin partai Buruh Ehud Barak terpilih sebagai perdana menteri. Ia berjanji mempercepat proses perdamaian.
* Intifada al-Aqsa
Maret 2000, Kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke Masjidil Aqsa memicu kerusuhan. Masjidil Aqsa dianggap sebagai salah satu tempat suci umat Islam. Intifadah gelombang kedua pun dimulai.
* KTT Camp David 2000 antara Palestina dan Israel
* Maret-April 2002 Israel membangun Tembok Pertahanan di Tepi Barat dan diiringi rangkaian serangan bunuh diri Palestina.
* Juli 2004 Mahkamah Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum internasional dan Israel harus merobohkannya.
* 9 Januari 2005 Mahmud Abbas, dari Fatah, terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina. Ia menggantikan Yasser Arafat yang wafat pada 11 November 2004
* Peta menuju perdamaian.
* Juni 2005 Mahmud Abbas dan Ariel Sharon bertemu di Yerusalem. Abbas mengulur jadwal pemilu karena khawatir Hamas akan menang.
* Agustus 2005 Israel hengkang dari permukiman Gaza dan empat wilayah permukiman di Tepi Barat.
* Januari 2006 Hamas memenangkan kursi Dewan Legislatif, menyudahi dominasi Fatah selama 40 tahun.
* Januari-Juli 2008 Ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus suplai listrik dan gas. Dunia menuding Hamas tak berhasil mengendalikan tindak kekerasan. PM Palestina Ismail Haniyeh berkeras pihaknya tak akan tunduk.
* November 2008 Hamas batal ikut serta dalam pertemuan unifikasi Palestina yang diadakan di Kairo, Mesir. Serangan roket kecil berjatuhan di wilayah Israel.
* Serangan Israel ke Gaza dimulai 26 Desember 2008. Israel melancarkan Operasi Oferet Yetsuka, yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat operasi Hamas.

Kelompok 4 :
SITI HARDIANTI PERMATASARI (E131 06 002)
SHADRIANI PERTIWI SALEH (E131 06 006)
RIA RAHMATUL ISTIQOMAH (E131 06 010)
ANDI ISMIRA (E131 06 015)
ASRIANTI HAFID (E131 06 018)
DEWI HANDAYANI (E131 06 0 )
ERMYAWATY AKZADI (E131 06 036)
FEBRIANTI R P (E131 06 044)
JEIN ASTUTI M (E131 06 048)
THERESIA SINTA (E131 06 055)

0 Comments:

Post a Comment