KEBIJAKAN LUAR NEGERI AS

Siaran Pers 29 April 2009

Sambutan oleh Menteri Luar Negeri, Hillary Rodham Clinton

Di Hadapan Komite Bidang Luar Negeri DPR AS

Washington, DC

22 April 2009

Terima kasih banyak Bapak ketua. Terima kasih para Anggota. Salam bagi para kerabat dan rekan. Senang sekali bisa berada di sini pagi ini. Komite ini telah menjadi sumber berbagai kemajuan kebijakan luar negeri bangsa ini dan saya berharap dapat terus bekerjasama dengan Anda untuk meneruskan tradisi tersebut.

Ketika saya datang ke Senat yang merupakan badan lain di Kongres, saya mengatakan dalam dengar pendapat penunjukan saya mengenai komitmen untuk menjalankan kebijakan yang dapat memperkuat keamanan dalam negeri kita, memajukan kepentingan kita, dan menegakkan nilai-nilai kita. Hari ini, hampir 100 hari setelahnya, saya laporkan bahwa kita telah mencapai kemajuan untuk meraih tujuan tersebut.

Saya ingin mulai dengan memberikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada mereka yang berada di Departemen Luar Negeri AS dan USAID yang telah mengabdi untuk negara kita sepanjang waktu di seluruh dunia. Saya sangat bangga akan prestasi mereka. Dengan bakat mereka dan di bawah kepemimpinan Presiden Obama, kita telah mengedepankan sebuh diplomasi yang baru yang digerakkan oleh semangat kemitraan, pragmatisme, dan prinsip.

Prioritas kita jelas. Kita mengerahkan perangkat diplomasi dan pembangunan seiring dengan kekuatan militer. Kita sedang memperkuat aliansi yang bersejarah, bekerjasama dengan kekuatan regional yang sedang tumbuh, dan menjajaki kerjasama yang baru. Kita sedang menghadapi tantangan-tantangan yang sudah lama ada dan yang akan timbul yang akan menentukan nasib bangsa ini: perubahan iklim, negara yang lemah, rezim yang keji, kartel krimimal, proliferasi nuklir, terorisme, kemiskinan, dan penyakit. Kita memajukan nilai-nilai dan kepentingan kita dengan menegakkan hak asasi manusia dan menumbuhkan keadaan yang memungkinkan setiap individu untuk hidup sesuai dengan berkah yang diberikan oleh Tuhan.

Sekarang, saya paham bahwa banyak pertanyaan yang ingin Anda ajukan yang berkenaan dengan masalah-masalah yang sudah lama ada: Afghanistan dan Pakistan, Irak, Iran, tentunya Timur Tengah, dan keterpurukan akibat krisis keuangan global. Saya akan membicarakan hal-hal tersebut secara singkat dan menjawab pertanyaan yang mungkin akan Anda ajukan.

Seperti yang diketahui, di Afghanistan dan Pakistan, Presiden menggarisbawahi sebuah strategi dengan tujuan inti yang berpusat untuk memecah, membongkar, dan mengalahkan Al Qaeda, dan mencegah mereka kembali ke Afghanistan atau Pakistan. Kita memadukan kajian strategis dengan diplomasi intensif, dan negara-negara di dunia turut dalam upaya ini. Lebih dari 80 negara dan organisasi hadir dalam konferensi internasional di Den Haag dan sebuah konferensi para donatur yang baru ditutup di Tokyo berhasil mengumpulkan lebih dari lima milyar dolar AS.

Di Irak, kami sedang mengupayakan penarikan pasukan kita secara bertanggung jawab dan peralihan ke kemitraan yang berdasarkan kerjasama diplomatik dan ekonomi. Kami sedang melakukan pendekatan-pendekatan yang baru terhadap ancaman dari Iran dan kita melakukannya dengan mata terbuka dan tanpa ilusi. Kita mengerti desakan untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Setelah tidak aktif selama bertahun-tahun, kita kini menjadi mitra penuh dalam pembicaraan P-5+1.

Di Timur Tengah, kami segera melakukan upaya untuk mempertemukan pihak-pihak yang terlibat untuk sekali lagi membahas apa yang bisa dilakukan untuk mencapai solusi dua negara. Kami terus memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga keamanan Israel, memberikan bantuan di bidang ekonomi dan keamanan, dan kami juga melakukan apapun yang dapat kami lakukan untuk memperkuat Otoritas Palestina serta untuk mengakhiri krisis di Gaza.

Secara lebih luas, kami berupaya mengurangi dampak krisis keuangan global. Upaya kami di G-20 menitikberatkan pada upaya-upaya berskala besar di negara-negara yang tergolong paling miskin dan rentan. Kita perlu memberikan dukungan pada Dana Moneter Internasional (IMF). Kita perlu memberikan bantuan langsung pada negara-negara seperti Haiti, yang saya kunjungi minggu lalu. Berbagai bantuan ini akan membantu pemerintahan-pemerintahan yang demokratis dan bertanggung jawab untuk menguatkan kembali fondasi ekonomi mereka dan menghindari instabilitas politik yang memiliki berbagai dampak yang lebih luas.

Saat ini, tantangan-tantangan ini membutuhkan perhatian kita, namun hal ini tidak boleh mengurangi perhatian kita pada hal-hal lain yang tak kalah penting namun terkadang ancamannya tak selalu terlihat jelas, seperti perubahan iklim, wabah penyakit, kartel-kartel kriminal, atau nonproliferasi.

Di zaman ini, kita menghadapi sejumlah tantangan yang tak mengenal batas wilayah. Tak satupun dari tantangan-tantangan ini yang bisa diatasi sendirian oleh Amerika Serikat. Namun juga tak ada yang dapat diatasi tanpa kepemimpinan kami. Semua ini akan memiliki dampak yang besar pada masa depan anak-anak kita. Tantangan-tantangan ini tak hanya sulit, tapi juga memberikan kita sejumlah ruang baru untuk melakukan kerjasama global. Dan kami saat ini tengah mengambil langkah-langkah untuk memanfaatkan kesempatan ini.

Pertama, kami sedang menjalankan sebuah agenda diplomasi dengan cakupan luas yang bertujuan memperkuat persekutuan kami dengan mitra-mitra demokratis di Eropa, Asia, Afrika dan wilayah kami sendiri (Amerika). Kami sedang membangun kemitraan dengan kekuatan-kekuatan kunci di berbagai wilayah. Kami sedang membangun hubungan yang konstruktif dengan negara-negara besar yang sangat menentukan apa yang akan terjadi di masa depan, yakni Cina, Rusia, dan India.

Kami bekerjasama dengan sekutu-sekutu lama kami seperti Jepang dan Korea Selatan untuk menyelesaikan berbagai masalah regional maupun global. Ada hal khusus yang ingin saya sampaikan tentang Asia. Sebagaimana Anda tahu, meningkatkan hubungan dengan India – yang juga telah disebut oleh Ketua dan sejumlah Anggota dan pihak-pihak lain – adalah penting bagi kami. India adalah negara demokrasi terbesar di dunia. India adalah sekutu penting kami dalam berbagai upaya yang kami lakukan. Saya melakukan kunjungan luar negeri pertama saya sebagai Menteri Luar Negeri ke Asia, sebuah tanda bahwa kami bukan hanya merupakan sebuah kekuatan transatlantik namun juga transpasifik, dan bahwa Asia akan menjadi mitra yang amat penting bagi kami di tahun-tahun yang akan datang.

Namun kami juga tak melupakan sekutu-sekutu lama kami. Kami telah bekerja keras bersama Uni Eropa dan NATO, dan baru beberapa hari yang lalu, kami pergi ke Amerika Latin untuk bertemu dengan bangsa-bangsa sewilayah yang saling berbagi tradisi dan masa depan. Kami membahas tentang kemitraan baru dalam bidang energi, memberantas perdagangan narkoba dan juga kartel-kartelnya, mengonsolidasikan sejumlah pencapaian dari demokrasi, dan banyak hal lain.

Kami juga membangun ikatan yang lebih erat dengan negara-negara kunci di sejumlah wilayah lain, diantaranya Brazil, Indonesia, dan Turki. Negara-negara ini bukan hanya merupakan mitra kami, namun juga dapat memimpin pembahasan isu-isu seperti penebangan hutan dan demokrasi. Kami akan sedapat mungkin bekerjasama dengan Cina dan Rusia, dan kami akan bersikap terbuka tentang hal-hal yang tidak kami setujui. Kami akan memulai sebuah dialog strategis dan ekonomis dengan Cina dalam waktu dekat. Kami akan bekerjasama dengan mereka dalam mengembangkan sejumlah teknologi untuk mengurangi ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil. Dan kami telah berkomitmen untuk bekerjasama dengan Rusia dalam menghasilkan kesepakatan yang meneruskan apa yang telah dicapai dalam kesepakatan pengendalian senjata START.

Tapi kami juga mengerti bahwa pembaharuan hubungan diplomatik tak hanya terjadi antar pemerintah. Kebijakan dan pemimpin politik berubah seiring berjalannya waktu. Namun ikatan antar warga negara, lembaga swadaya masyarakat, kalangan bisnis, universitas, dan lain-lain berlangsung selamanya. Kelompok-kelompok ini merupakan alat diplomasi yang sangat efektif, dan kami berkomitmen untuk melibatkan mereka semua.

Pada akhirnya, kami akan bekerja untuk mengembangkan kesempatan dan melindungi hak asasi manusia, memperkuat masyarakat sipil, mengabdi kepada cita-cita yang melandasi negara ini, bekerja memajukan pendidikan dan pelayanan kesehatan, aturan hukum dan tata kelola pemerintahan yang baik, memerangi korupsi, memperluas kesempatan bagi wanita dan anak perempuan, dan mereka yang berada pada posisi marginal di masyarakat.

Saat kita menggalakan pemerintahan yang bertanggung jawab ke luar negeri, kita harus lebih berinvestasi pada perangakat yang kita miliki di dalam negeri. Seperti yang Bapak Ketua kemukakan, saya bekerja keras untuk menciptakan sebuah Kementrian yang lebih gesit dan efektif dengan penempatan staf dan sumber daya yang tepat guna menjalankan agenda Bapak Presiden. Oleh karena itu maka untuk pertama kalinya saya telah mengisi posisi Deputi Menteri untuk urusan Manajemen dan Sumber Daya.Saya juga telah mendorong Departemen Luar Negeri untuk mereformasi dan melaukan inovasi serta menyelamatkan uang yang dibayar oleh para pembayar pajak. Kita telah mengubah duta besar kita menjadi pimpinan pelaksana di negara tempat bertugas dengan otoritas dan tanggung jawab terhadap program-program di negara bersangkutan. Kita mengkonsolidasikan layanan penunjang IT yang akan menghasilkan penghematan puluhan juta dollar. Kita menjalankan teknologi media baru untuk mengusung pesan kita secara lebih efektif.

Dan saya bertekad untuk melihat mereka yang bertugas di dinas sipil dan luar negeri memperoleh sumber daya yang mereka butuhkan untuk menjalankan tugas mereka secara aman dan efektif. Bahkan Menteri Gates menegaskan bahwa negara kita telah mengalami pelemahan investasi di bidang diplomasi. Itu harus berakhir. Seperti halnya kita tidak bisa mengerahkan pasukan Amerika yang menuju ke medan tempur tanpa persenjataan, tentunya kita tidak bisa mengirim diplomat kita ke kancah suasana dunia saat ini dengan segala ancaman yang mereka hadapi selama 24 jam per hari tanpa membekali mereka dengan perangkata yang mereka butuhkan. Jika kita tidak berinvestasi pada diplomasi dan pembangunan maka pada akhirnya kita harus membayar mahal karena konflik dan semua yang menyertainya.Oleh sebab itu Bapak ketua, kita menerapkan kebijakan ini karena kebijakan tersebut adalah hal yang seharusnya kita lakukan. Kita yakin bahwa tidak ada negara yang mendapat manfaat melebihi Amerika Serikat apabila tercipta keamanan, demokrasi, dan kesempatan yang lebih besar di dunia. Perekonomian kita akan tumbuh apabila para sekutu kita semakin kuat dan masyarakat makmur. Dan tak ada negara yang menanggung beban lebih berat apabila rencana tidak berjalan semestinya. Setiap tahun kita menghabiskan ratusan milyar dolar mengatasi perang, penyakit, ideologi yang keras, dan rezim yang keji. Maka, marilah kita berinvestasi di dunia yang kita inginkan. Kita tidak pernah kehabisan tantangan atau peluang. Dunia mencari kepemimpinan dan menanti bagaimana pemerintahan baru ini memenuhi momen ini. Saya yakin jika kita mengikuti rencana dan prinsip-prinsip kita, kita akan berhasil. Kita dapat memimpin dunia untuk menciptakan era di mana kita dan anak-anak kita akan merasa bangga memilikinya, sebuah era kemajuan dan kemakmuran bagi seluruh dunia, tetapi khususnya bagi negara kita tercinta.Tetapi untuk meraih tujuan-tujuan ini, kami membutuhkan bantuan Anda, kami membutuhkan saran Anda, dan kami membutuhkan dukungan Anda. Saya sangat berharap bukan hanya pada forum formal hari ini, tetapi juga dialog informal yang terus berlanjut yang telah saya awali dengan sebagian dari Anda dan berharap dapat melakukanya dengan Anda semua. Kita mempunyai visi yang sama dalam hal ini. Kita harus melangkah ke arah yang sama untuk kebaikan negara kita dan anak-anak kita.

Terima kasih Bapak Ketua.

###

________________________________________________________________________

Jl. Medan Merdeka Selatan 4, Jakarta 10110, Indonesia. Telp: (62-21) 3435-9566, Faks: (62-21) 381-0243

publish by Husain Abdullah


ASRIANTI HAFID

E 131 06 018

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DI TIMUR TENGAH

Bertahun-tahun lalu, jika berbicara tentang negara-negara di kawasan Timur Tengah, khususnya dalam ranah kajian ilmu Hubungan Internasional, pembahasan lebih banyak diwarnai dengan bahasan tentang budaya, Islam, dan isu awal abad 21, terorisme. Namun demikian, akhir-akhir ini, mulai muncul satu bahasan baru, yakni mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi negara-negara di kawasan yang dihuni oleh mayoritas bangsa Arab ini.

Dewasa ini, satu negara yang ramai menjadi pembicaraan dunia internasional lantaran pesatnya perkembangan teknologinya, tak pelak lagi adalah Iran. Kemajuan teknologi negara ini terlihat jelas dari kesuksesan peluncuran satelitnya, kemajuan pendidikan yang beriringan dengan mengglobalnya pemikiran tokoh-tokoh mereka, hingga kesuksesan pengembangan nuklirnya, yang meskipun ditentang mati-matian oleh Amerika Serikat dan sekutunya, namun mendapat dukungan sepenuhnya dari negara major power lainnya, Rusia. Konstruksi reaktor nuklir Iran menimbulkan kekhawatiran Israel dan sekutu utamanya, Amerika, serta aliansi Eropa mereka (Inggris, Jerman, Prancis). Namun demikian, Iran selalu menyangkal dan mengatakan reaktor itu untuk menjawab kebutuhan energi nasional.

Melihat reaksi yang ditunjukkan pihak Barat atas kemajuan Iran ini, sesungguhnya dapat dianggap sedikit berlebihan jika mengingat sejarah peradaban lama, dimana pelakon utamanya masih bernama Persia, Arab (Islam), Yunani kuno, dan Romawi. Islam telah menguasai Andalusia pada tahun 711 M dan Konstantinopel pada tahun 1453M. Dan keadaan inilah yang justru menjadi kunci penentu kemajuan Eropa. Islam telah menguasai daerah Timur Tengah yang ketika itu menjadi jalur dagang dari Asia ke Eropa. Saat itu perdagangan ditentukan oleh negara-negara Islam. Melalui bangsa Arab ini, Eropa dapat memahami ilmu pengetahuan kuno seperti dari Yunani dan Babilonia

Perkembangan ilmu paling pesat dalam Islam sendiri terjadi ketika kaum muslimin bertemu dengan kebudayaan dan peradaban yang telah maju dari bangsa-bangsa yang mereka taklukkan. Perkembangan tersebut semakin jelas sejak permulaan kekuasaan Bani Abbas pada pertengahan abad VIII. Pemindahan ibukota Damsyik (Damascus) yang terletak di lingkungan Arab ke Baghdad yang berada di lingkungan Persia yang telah memiliki budaya keilmuan yang tinggi dan sudah mengenal ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani, menjadi alat picu semaraknya semangat keilmuan yang telah dimiliki oleh kaum muslimin.

Pada masa ini umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan sehingga ilmu pengetahuan baik aqli (rasional) maupun yang naqli mengalami kemajuan dengan sangat pesat. Proses pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara penerjemahan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu, seperti bangsa yunani, romawi, dan persia, serta berbagai sumber naskah yang ada di timur tengah dan afrika, seperti mesopotamia dan mesir.

Pada permulaan Daulah Abbasiyah, belum terdapat pusat-pusat pendidikan formal, seperti sekolah-sekolah, yang ada hanya beberapa lembaga non formal yang disebut Ma’ahid. Baru pada masa pemerintahan Harun Al Rasyid didirikanlah lembaga pendidikan formal seperti Darul Hikmah yang kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh Al Makmun. Dari lembaga inilah banyak melahirkan para sarjana dan ahli ilmu pengetahuan yang membawa kejayaan Daulah Abbasiyah dan umat islam pada umumnya. Pada masa ini dikenal banyak sekali pakar dari berbagai ilmu, baik orang Arab maupun muslim non-Arab. Sejarah juga mencatat, bahwa untuk pe­ngembangan ilmu-ilmu tersebut para pakar muslim bekerja sama dengan pakar-pakar lainnya, termasuk yang non-muslim. Masa ini dicatat oleh sejarah sebagai masa kaum muslimin menyerap khazanah ilmu dari luar tanpa puas-puasnya.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, yang dipimpin oleh Barat, sungguh mengagumkan dunia. Pelbagai kecanggihan dan kepraktisan ditawarkannya, membuat banyak orang lalu meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya.

Namun terlepas dari segala baik buruk peradaban modern ini, hal yang paling pasti adalah kenyataan bahwa sesungguhnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dasar bagi kehebatan sebuah peradaban. Masa depan suatu bangsa akan banyak ditentukan oleh tingkat penguasaan bangsa itu terhadap Iptek. Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan memiliki keunggulan dan kemampuan daya saing yang tinggi, bila ia tidak mengambil dan mengembangkan Iptek.

Peradaban timur tengah (islam) adalah salah satu peradaban yang banyak memberikan sumbangannya bagi kemajuan iptek sekarang ini. Bahkan bisa dikatakan peradaban ini adalah pelopor bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Kemajuan peradaban ini sangat ditentukan oleh berbagai penemuan yang di raih oleh para pakarnya. Para arsiteknya mampu mendesain bangunan yang melawan hukum gravitasi.Para pakar matematikanya menciptakan aljabar, juga logaritma yang menjadi landasan pengembangan teknlogi computer dan penyusun bahasa Computer. Para Dokternya mempelajari tubuh manusia hingga mamppu menemukan berbagai obat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Para pakar Astronominya mengamati langit, memberikan nama bintang-bintang, serta merintis teori seputar perjalanan dan penelitian ruang angkasa.Para penulisnya menghasilkan ribuan kisah. Diantaranya kisah-kisah tentang keberanian, cinta kasih, dan ilmu sihir. Para penyairnya menulis berbagai karya sastra bertemakan cinta,sementara penyair-penyair sebelumnya mereka terlalu takut untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Jadi karya-karya besar peradaban Timur tengah menjadi warisan penting bagi perkembangan dan kemajuan iptek sekarang ini.

Orientalis Sedillot seperti yang dikutip Mustafa as-Siba’i dalam Peradaban Islam, Dulu, Kini, dan Esok, mengatakan bahwa, “Hanya bangsa Arab pemikul panji-panji peradaban abad pertengahan. Mereka melenyapkan barbarisme Eropa yang digoncangkan oleh serangan-serangan dari Utara. Bangsa Arab melanglang mendatangi ‘sumber-sumber filsafat Yunani yang abadi’. Mereka tidak berhenti pada batas yang telah diperoleh berupa khazanah-khazanah ilmu pengetahuan, tetapi berusaha mengembangkannya dan membuka pintu-pintu baru bagi pengkajian alam.”

Gustave Lebon juga mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Tidak hanya itu, Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-Persia lah yang dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella.

Buku al-Bashariyyat karya al-Hasan bin al-Haitsam diterjemahkan oleh Ghiteleon dari Polska. Gherardo dari Cremona menyebarkan ilmu falak yang hakiki dengan menerjemahkan asy-Syarh karya Jabir. Belum lagi ribuan buku yang berhasil memberikan pencerahan kepada dunia. Itu sebabnya, jangan heran kalau perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan Islam. Perpustakaan al-Ahkam di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang sangat besar dan luas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya, perpustakaan ini sudah memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku. Perpustakaan umum Tripoli di daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk 50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak lagi perpustakaan lainnya. Tapi semuanya hancur ketika Perang Salib dan invasi bangsa Mongol ke Timur tengah.

Peradaban Islam memang peradaban emas yang mencerahkan dunia. Itu sebabnya menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’nya, Barat bukanlah apa-apa.

Theresia Sinta

E13106055.

PERKEMBANGAN IPTEK DI TIMUR TENGAH

Sering kali terlontar pertanyaan di kepala kita. Apakah peradaban didefinisikan dan hanya dikaitkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi?.
Dalam batas-batas tertentu peradaban selalu dikaitkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ilmu pengetahuan dan teknologi akan memengaruhi aspek-aspek lain dari peradaban.

Memang hampir menjadi pengetahuan umum bahwa dasar dari peradaban modern adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Iptek ditelaah menjadi dasar dan pondasi yang penyangga bangunan peradaban modern barat sekarang ini. Masa depan suatu bangsa akan banyak ditentukan oleh tingkat penguasaan bangsa itu terhadap Iptek. Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan memiliki keunggulan dan kemampuan daya saing yang tinggi, bila ia tidak mengambil dan mengembangkan Iptek. Bisa dimengerti bila setiap bangsa di muka bumi sekarang ini, berlomba-lomba serta bersaing secara ketat dalam penguasaan dan pengembangan iptek.
Jika kita bandingkan realitas peradaban umat Islam saat ini dengan umat Islam di masa Khilafah Abbasiyah, terlihat perbedaan yang mencolok. Di zaman Abbasiyah umat Islam mampu menjadi sumber ilmu pengetahuan yang dipegang Barat saat ini. Sedangkan umat Islam saat ini hanya menjadi konsumen dari ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang dikembangkan masyarakat Barat. Melihat keterpurukan umat saat ini dan kemajuan umat Islam masa lampau muncul ide membangun kembali “runtuhnya” peradaban Islam yang mulai dibuktikan oleh beberapa negara – negara muslim khususnya di Timur Tengah sebagai pusat peradaban kaum mslim di dunia.

Bila kita melihat fenomena yang ada sekarang ini, Nampak jelas bahwa ada sebuah angin sejuk yang bisa membuat masyarakat muslim bangga akan kemajuan yang diperoleh. Beberapa negara di Timur Tengah mulai mengembangkan potensi – potensi ilmu yang dimilikinya guna mengejar keterpurukan dari peradaban barat. Dengan sokongan dana dari negara-negara Islam yang sebenarnya kaya semisal negara-negara Islam di Timur Tengah tentunya masalah dana bukanlah yang menjadi penyebab ketertinggalan masyarakat Timur terhadap peradaban Barat.
Memang tak banyak negara di Timur Tengah yang memperlihatkan hasil yang signifikan dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi namun negara – negara barat ternyata sudah mulai waspada terhadap kemajuan beberapa negara seperti Iran yang telah menjadi salah satu pelopor penggunaan nuklir di Timur Tengah.

Kemajuan ini telah memberikan karunia, berkah dan keberhasilan yang begitu berharga bagi rakyat Iran. Hal ini tak lepas dari adanya revolusi Islam, Revolusi ini telah menghadiahkan nilai-nilai luhur seperti tuntutan kemerdekaan, kebangkitan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kemandirian. Nilai-nilai inilah yang mendorong rakyat Iran untuk terus berjuang memutus ketergantungan di bidang ekonomi, politik, dan budaya asing serta mewujudkan keadilan ekonomi dan kemajuan iptek.

Dengan mempertimbangkan semua fakta yang ada, terungkap bahwa terdapat suatu pergerakan kuat menuju Islam di banyak negara, dan Islam semakin menjadi pokok bahasan terpenting bagi dunia. Perkembangan ini menunjukkan bahwa dunia sedang bergerak menuju zaman yang sama sekali baru. Yaitu sebuah zaman yang di dalamnya Islam akan mendapat kejayaannya seperti sedi kal bahkan jauh lebih emilang lagi. Walapun negara – negara barat mulai mrespon pergerakan ini dengan berbagi isu dan tindakan – tindakan yang dengan sengaja memblok akses ilmu pengetahuan bagi negara – negara muslim yang ada di timur tengah. Dengan isu penyebaran senjata pemusnah massa dan ketakutan akan nuklir yang katanya digunakan untuk menyerang dunia barat membuat perkembangan yang telah ada agak berjalan lambat bahkan memusnahkan Negara yanga yang bersangkutan seperti nasib negara Irak yang telah diporak porandakan oleh kaum barat dalam hal ini Amerika Serikat dan sekutu - sekutunya.

ERMIAWATY AKZADI
E 131 06 036
ILMU HUB. INTERNASIONAL

Dan Cahaya Itu Bernama Islam...

Timur Tengah, sejumput tanah bergurun yang menghubungkan tiga benua; Asia, Afrika dan Eropa. Tak hanya strategis, kawasan ini sungguh berharga karena cadangan minyaknya yang konon mencapai 65% dari yang ada di seantero bumi. Kondisi inilah yang membawa negara-negara di sana menjadi negeri petro dollar yang kaya raya. Perkembangan dan pembangunan terjadi di berbagai sektor dengan pesat. Namun demikian, dalam potret masa kini tak banyak orang yang memahami bahwa kejayaan ini bukan karena emas hitam semata. Jauh sebelum potensi minyak bumi ditemukan, Timur Tengah telah mengukir masa lalu yang gemilang.
Kisah Timur Tengah tengah adalah cerita tentang agama dan peradaban. Apapun yang terjadi dulu, kini dan nantinya, tak pernah bisa lepas dari keduanya. Betapa tidak, tempat ini membidani lahirnya tiga peradaban besar dalam sejarah manusia. Nil melalui daerah aliran sungainya merilis peradaban Mesir lampau yang terpusat di Memphis dan Thebes sekitar 3.300 tahun sebelum masehi. Jejaknya terbaca melalui piramid yang megah, kodex Hammurabi, mumi dan berbagai pengetahuan teknik yang aplikatif sekelas pengolahan makanan dan pengolahan hasil bumi. Senada dengan Nil, diantara Tigris dan Eufrat, peradaban Mesopotamia berkembang di tiga titik; Sumeria, Babylonia dan Assyiria. Perkembangan mereka mewariskan alfabet bernama hieroglif yang menjadi pioner huruf saat ini. Bangsa Sumeria telah menerapkan bentuk-bentuk dasar astronomi dan pembagian lingkaran menjadi 360 derajat. Mereka juga sudah mengetahui gambaran konstelasi bintang. Selain pusat peradaban, Timur Tengah juga menjadi tempat munculnya tiga agama samawi terbesar. Bermula dari Yahudi yang diajarkan Ibrahim as pada abad ke-13 masehi, tanah Arab mulai mengenal Tuhan. Sebagai wujud penyempurnaan, Kristen tampil sebagai teologi baru melalui Isa as pada abad I Masehi. Dalam perjalanannya, ajaran ini mulai ditinggalkan dan berganti dengan berhala yang justru menghalalkan hawa nafsu merajalela. Mereka pemabuk, kasar, tak mengenal etika bahkan tega membunuh setiap bayi perempuan dengan alibi, takkan berguna dalam perang yang menjadi tren kala itu. Hingga suatu titik dimana Islam hadir pada abad ke-7 Masehi. Munculnya Islam laksana oase di tengah gurun saat orang-orang Arab pada masa itu tenggelam dalam kegelapan tradisi jahiliyyah. Melalui Muhammad saw, agama ini membangun kembali denyut kehidupan Arab dengan motivasi agung peribadatan dan ketaatan. Kemuliaan pandangan Islam yang menempatkan semua manusia pada posisi yang sama di depan Allah swt memikat banyak hati. Masyarakat yang sebelumnya kanibalistik, perlahan teratur dan terencana. Selain itu, kemajuan yang terjadi di akibatkan prinsip keterbukaan Islam terhadap segala bentuk kebaikan dan perbaikan.
Pencerahan Islam yang paling fenomenal termaktub dalam anjuran untuk menuntut ilmu sebab hampir sepertiga dari Al-Qur’an merupakan perintah Allah kepada manusia agar menalari alam sekelilingnya. Pemahaman ini yang menjadi dasar mereka dalam menyikapi kondisi georafis Timur Tengah yang kering nan tandus serta keterbelakangan yang diwariskan masa jahiliyyah. Walhasil, dengan semangat syiar dan niat menebar manfaat, ilmu pengetahuan berkembang bak cendawan di musim hujan. Seiring perkembangan Islam pada masa Bani Abbas dan ibukota berpindah ke Baghdad pada tahun 732 M, cendekiawan-cendekiawan muslim mengukir sejumlah penemuan berharga lewat risetnya. Berbagai cabang ilmu pengetahuan baru bermunculan.
1. Geografi
Ekspansi politik, penyebaran agama dan sektor niaga umat Islam yang berlangsung begitu cepat, tak pelak membuat rute perjalanan darat dan laut pun mulai bertambah.
Kenyataan ini mendorong para sarjana dan penjelajah Muslim untuk mengembangkan geografi, ditandai dengan ditemukannya peta dunia. Adalah Musa Al-Khawarizmi bersama 70 geografer lainnya mampu membuat peta globe pertama pada tahun 830 M. Khawarizmi juga berhasil menulis kitab geografi berjudul Surah Al- Ard (Morfologi Bumi). Pada abad yang sama, Al-Kindi juga menulis sebuah buku bertajuk ‘Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni’.
2. Astronomi
Salah satu bukti pengaruh astronomi Islam yang cukup signifikan adalah penamaan sejumlah bintang menggunakan bahasa Arab, seperti Aldebaran, Altair, Alnitak, Alnilam, Mintaka, Algol, Betelgeus, serta istilah seperti zenith, nadir, azimuth, dan almanak. Al Batanni berhasil menentukan secara akurat mengenai lamanya setahun matahari (365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik) serta mengubah sistem perhitungan hari yang sebelumnya 60 jam menjadi 24 jam. Al Khawarizmi membuat tabel penentuan bulan baru dan prediksi gerhana bahkan Copernicus mengutip teori Ibnu Syatir tentang rotasi bumi terhadap matahari. Sementara perputaran bumi pada porosnya ditemukan oleh Al Biruni.
3. Farmasi
Terinspirasi dari sabda rasulullah saw bahwa semua penyakit ada obatnya, penelitian mengenai obat-obat sederhana mengawali kebangkitan ilmu farmasi dalam dunia Islam. Dari era khalifah Abbasiyah hingga akhir abad ke-17, Islam mendominasi bidang farmasi. Kontribusi ini berawal dari risalah Al Baitar berjudul berjudul Al-Jami fi Al-Tibb (Kumpulan Makanan dan Obat-obatan yang Sederhana). Sedang kitab As-Sydanah fit-Tibb milik Al-Biruni mengupas secara lugas dan jelas seluk-beluk ilmu farmasi serta meneguhkan peran farmasi dan fungsi seorang farmakolog. Dalam kitab lainnya yang fenomenal, Canon of Medicine, Ibnu Sina mengupas tentang farmakologi dan farmasi. Ia menjelaskan lebih kurang dari 700 cara pembuatan obat dengan kegunaannya.
4. Ekonomi
Pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun yang menggabungkan hablum minallah dan hablum minnanas sangat menghormati tenaga kerja sebagai salah satu dari dasar utama masyarakat dan diskusi tentang profit sebagai nilai yang didapat dari pekerjaan manusia. Ia mendefinisikan ekonomi secara sosial sebagai aktivitas yang dipengaruhi oleh interaksi sosial dan sebaliknya mereka mempengaruhinya. Konsep-konsep ekonomi Islam seperti perdagangan dan warisan sesungguhnya telah disampaikan dalam ayat-ayat Al- Qur’an.
5. Filosofi
Setelah Yunani dan Romawi mengalami kemunduran, Baghdad berkembang menjadi pusat kajian filsuf dan teori-teori sosial. Dua ahlinya yang paling dikenang adalah Al Kindi yang mampu mengharmonikan agama dan filsafat dan Ibnu Khaldun lewat tulisannya “Al Muqaddimah” yang meletakkan dasar-dasar ilmu Sosiologi.
6. Matematika
Bidang lain yang tak kalah mengemuka adalah matematika. Penumuan Aljabar Khawarizmi masih dipakai hingga sekarang. Di samping itu, Al-Kindi melalui karyanya “Risalah Fi Istikhraj al-Mu'amma” sanggup mengurai dan membahas kriptologi atau seni memecahkan kode.

Singkat kata, Islam membawa pencerahan dalam setiap bidang kehidupan utamanya ilmu pengetahuan. Saat perhitungan waris dan zakat terasa begitu rumit dengan angka Romawi, lahirlah angka nol dan aljabar dari seorang Al Khawarizmi. Saat Rasulullah saw mencontohkan wewangian, alkemi sebagai cikal bakal ilmu modern dikembangkan Ar Razi, Al Kindi, Al Biruni dan Ibnu Hayyan. Saat kesehatan dinyatakan berharga, Ibnu Sina memetakan ilmu kedokteran. Saat kebersihan menjadi sebagian dari iman, lahirlah budaya mandi dan sabun. Saat adzan dan kajian agama harus menjangkau puluhan ribu manusia, sistem akustika mulai diperkenalkan. Saat Islam mulai meluas, pemetaan astronomi dan ilmu navigasi menjadi solusi. Saat kerajaan Islam terbentang dari Parsi hingga Eropa, Ibnu Rusyd memperkenalkan filsafat dan teori-teori ilmu sosial. Saat rabun mata menjadi masalah, Ibnu Firnas Al Andalusi menciptakan kacamata pada abad ke-9 yang disempurnakan oleh teori lensa Ibnu Haitsam pada tahun 1039. Tak dapat diragukan lagi, Islam betul-betul rahmat bagi seluruh alam.

A. Heryastuti N. Ratih
E 131 06 033
Ilmu Hubungan Internasional